Instalasi Network Simulator 2 pada Sistem Operasi Ubuntu versi 11.10

Leave a comment

Network Simulator 2 merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk merekayasa simulasi kerja dari semua elemen yang bekerja dalam transportasi data dalam jaringan komunikasi. Simulasi pada NS2 dapat dilakukan dengan menyusun pengkodean algoritma dari kondisi jaringan komunikasi yang hendak diteliti dalam bahasa pemrograman C. Algoritma tersebut akan menjadi basis yang dapat dipanggil dengan membuat skrip file simulasi dalam format tcl. NS2 dapat direpresentasikan dalam bentuk GUI dengan bantuan Network Animator/ NAM. Untuk mempermudah instalasi, biasanya digunakan installer NS-allinone yang dapat diunduh disini.

NS2 sangat digemari dalam lingkungan penelitian karena bersifat costumizable. Demikian, penggunaan NS2 untuk melakukan simulasi jaringan komunikasi tidak bergantung pada updated file dari penyedia perangkat lunak dan membuat peneliti lebih leluasa dalam melakukan riset terkait kekinian teknologi jaringan komunikasi.

Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan instalasi NS2 (paket ns-allinone-2.35) pada Sistem Operasi ubuntu versi 11.10.

  1. Buka terminal melalui shortcut Ctrl+alt+t  pada desktop ubuntu.
  2. Masuk ke dalam root ubuntu dengan perintah sudo -s atau sudo su.
  3. Download file ns-allinone-2.35 disini.
  4. Ekstrak paket instalasi ns-allinone ke direktori yang diinginkan. Berikut perintah yang dapat digunakan

tar xvfz ns-allinone-2.35.tar.gz -C /home/z/

(direktori /home/z/ dapat disesuaikan dengan direktori mana yang akan anda gunakan).

5.  Pastikan direktori ekstraksi NS-allinone dapat diakses oleh anda. Masukan perintah berikut

chown z:www-data /home/z/ns-allinone-2.35/

6. Instalasi library pendukung NS2, yaitu libxmu-dev. Perintah pada ubuntu terminal yang dapat digunakan untuk melakukan hal ini adalah

apt-get install build-essential autoconf automake libxmu-dev

7. Instalasi paket pendukung NS2 terkait Compiler, Service dan konfigurasi pendukung NS2.

apt-get install xorg-dev g++ xgraph gcc-4.4 g++-4.4

(Apabila pada Ubuntu telah tertanam program “Synaptic Packet Manager”, paket instalasi xorg, g++ xgraph gcc dan g++-4.4 dapat ditemukan dan diinstal melalui program tersebut)

8. Instalasi Network Simulator 2 dengan memasukkan perintah

./install

(pastikan anda berada pada direktori /home/z/ns-allinone-2.35 saat instalasi dilakukan)

9. Lakukan modifikasi terhada file Makefile.in dengan masuk ke direktori file tersebut berada. Berikut adalah perintahnya.

gedit /home/z/ns-allinone-2.35/otcl-1.14/Makefile.in

Ubah baris isi CC= @CC@ dengan CC=gcc-4.4 (gcc-4.4 disesuaikan dengan versi paket gcc yang digunakan)

10. Perbaharui isi pada file bashrc yang tersembunyi pada direktori home ubuntu anda dengan perintah di terminal dan menambahkan beberapa teks di bawah ini.

nano /home/z/.bashrc atau gedit /home/z/.bashrc

(perintah pico atau nano digunakan untuk membuka dan mengubah isi file yang diinginkan secara langsung diterminal, sedangkan gedit digunakan untuk membuka atau mengubah isi file yang diinginkan dengan text editor).

Berikut beberapa baris yang harus ditambahkan pada bagian akhir isi file bashrc. Pastikan tulisan warna biru disesuaikan dengan lokasi file pada komputer anda.

#LD_LIBRARY_PATH

OTCL_LIB=/home/z/ns-allinone-2.35/otcl-1.14

NS2_LIB=/home/z/ns-allinone-2.35/lib

X11_LIB=/usr/X11R6/lib

USR_LOCAL_LIB=/usr/local/lib

export LD_LIBRARY_PATH=$LD_LIBRARY_PATH:$OTCL_LIB:$NS2_LIB:$X11_LIB:$USR_LOCAL_$

#TCL_LIBRARY

TCL_LIB=/home/z/ns-allinone-2.35/tcl8.5.10/library

USR_LIB=/usr/lib

export TCL_LIBRARY=$TCL_LIB:$USR_LIB

#PATH

XGRAPH=/home/z/ns-allinone-2.35/bin:/home/z/ns-allinone-2.35/tcl8.5.10/unix:/home/z/ns-allinone-2.35/tk8.5.10/unix

#the above two lines beginning from xgraph and ending with unix should come on $

NS=/home/z/ns-allinone-2.35/ns-2.35/

NAM=home/z/ns-allinone-2.35/nam-1.15/

PATH=$PATH:$XGRAPH:$NS:$NAM

11.Lakukan validasi terhadap Network Simulator yang telah diinstal untuk memastikan NS2 dapat bekerja sebagaimana mestinya.

cd ns-2.35

./validate

12.Buatlah Symlink agar perintah ns dapat bekerja dimana pun lokasi direktori pada terminal dengan perintah.

ln -s  /home/z/ns-allinone-2.35/ns-2.35/ns /usr/bin/ns

13.Restart komputer anda dengan perintah di terminal sebagai berikut.

Reboot

14.Pastikan NS2 sudah dapat digunakan dengan memasukkan perintah ns pada terminal. (NS2 telah bekerja jika muncul simbol % setelah perintah ns dimasukkan).

Troubleshooting Kegagalan Dualboot Linux Ubuntu dan Windows

Leave a comment

Dualboot merupakan penerapan dua buah Sistem Operasi dalam satu mesin komputer. Hal ini biasa dilakukan untuk membantu beberapa pekerjaan, seperti pengujian, pengukuran, pembelajaran dan upaya backup atau recovery. Linux Ubuntu dan Windows merupakan dua Sistem Operasi yang biasa digunakan untuk dualboot Sistem Operasi.

Ketika dualboot Ubuntu-Windows dilakukan pada satu mesin yang telah tertanam Sistem Operasi Windows (XP atau 7), terjadi perubahan terhadap prioritas bootsector yang digunakan setelah Power On Self Test pada mesin komputer. Ubuntu sebagai Sistem Operasi yang baru diinstal akan mengambil alih prioritas bootsec pada mesin komputer tersebut dan akan muncul daftar Sistem Operasi yang dapat tersedia dalam mesin komputer.

Namun, masalah biasanya muncul ketika pengguna melakukan dualboot pada mesin komputer dengan Sistem Operasi Linux Ubuntu terah tertanam terlebih dahulu. Daftar Sistem Operasi Ubuntu tidak terbaca saat proses booting berlangsung. Oleh karena itu, ada beberapa langkah konfigurasi yang dapat dilakukan untuk mengembalikan keberadaan Sistem Operasi Linux Ubuntu.

Hal ini membutuhkan CD atau installer Ubuntu Live. Kemudian, proses pengembalian keberadaan Sistem Operasi Ubuntu dapat dilakuan dengan mengikuti beberapa langkah berikut.

1. Masukkan CD Ubuntu dan atur prioritas boot drive pada BIOS mesin komputer anda dengan CD/DVD Drive sebagai prioritas utama. Lalu, simpan konfigurasi tersebut dan reboot komputer.

2. Komputer akan melakukan booting dari CD/DVD Drive. Setelah itu, akan muncul beberapa pilihan yang tersedia pada Ubuntu Installer, diantaranya : Persistent Mode, Live Mode, Install Ubuntu, File Integrity Test dan Memory Test. Pilih menu Live Mode.

3. Live Mode akan membawa anda pada desktop Sistem Operasi Ubuntu yang dimuat melalui CD/DVD atau External Drive. Anda harus masuk ke terminal yang tersedia di Sistem Operasi tersebut. (Shortcut : Ctrl+Alt+t).

4. Masuk sebagai root dengan perintah sudo -s atau sudo su pada terminal. Lalu Cek posisi prioritas booting pada hard drive dengan perintah fdisk -l pada terminal. Ubah flag pada Ubuntu Filesystem dengan melakukan klik kanan pada mount tersebut dan pilih flag boot. Selain itu pastikan juga flag boot tidak terdapat pada mount partisi lain. Apabila ditemukan flag boot pada mount partisi lain, lakukan uncheck list pada manage flags. (pada komputer penulis, Filesystem Ubuntu terdapat pada mount /dev/sda5).

5. Pada daftar baris Boot, akan tampak simbol * (star) yang menunjukkan prioritas booting pada hard drive anda. Apabila posisi * terdapat pada mount disk selain linux, maka lakukan pengubahan prioritas boot melalui program gparted yang tersedia pada Ubuntu.

6. Setelah itu, kembali ke terminal. Masukan perintah grub-install –root-directory=/media /dev/sda. Perintah ini memiliki maksud instalasi grub pada root directory ubuntu pada hard drive. Instalasi grub dilakukan karena bagian ini hilang/ter-overwrite oleh Sistem Operasi Windows.

Setelah instalasi grub akan muncul teks yang berisi Installation finished. No error reported. Hal ini mengindikasikan bahwa instalasi grub telah berhasil dilakukan.

7. Lalu, lakukan reboot dari terminal Ubuntu.

8. Setelah reboot dilakukan, pilih Ubuntu pada pilihan grub. Saat pertama kali masuk kembali ke Ubuntu Desktop masuk ke terminal (Ctrl+Alt+t) masukkan perintah update-grub. Hal ini dilakukan untuk memperbaharui susunan daftar pertisi/instalasi Sistem Operasi pada grub.

9. Konfigurasi Selesai.

Pencurian Passowrd Akun Email dengan Metode Guessing dan Social Engineering

1 Comment

Password merupakan informasi penting bagi setiap orang yang memiliki akun pada suatu media sosial online. Ini merupkan pertahanan utama yang mutlak di bawah kendali pengguna untuk melidungi informasi penting di dalamnya. banyak media sosial yang menjadikan password sebagai pelindung utama kerahasiaan informasi pengguna di dalamnya, seperti email, jejaring sosial, forum, blog, sistem informasi komunitas, media perbankan, dan layanan online website lainnya.

Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang masalah pencurian password terhadap akun email yang berisi informasi penting penggunanya. Ada beberapa metode yang biasa digunakan “hacker” untuk mendapatkan password pengguna sasarannya, seperti Guessing, Social Engineering, Key Logging, Dictionary Attack, Password Sniffing dan Phising. Namun, ada dua teknik yang sederhana dan masih ampuh sampai saat ini digunakan hacker untuk mendapatkan password dari korbannya, yaitu Guessing dan Social Engineering.

Guessing merupakan teknik memperoleh password seseorang dengan menebak penggunaan kata-kata dasar sebagai password oleh pengguna. kata dasar yang biasa digunakan seperti password, 123456, abc123, qwerty, admin dan nama pengguna. Sementara itu, Social Engineering merupakan teknik yang digunakan hacker untuk mendapatkan password korbannya dengan melakukan pendekatan sosial melalui jejaring sosial ataupun ruang interaksi sosial lainnya dengan meminta kepada korban sebagai temannya. Setelah korban menerimanya sebagai teman, maka hacker akan mengumpulkan informasi pribadi yang terpublikasi oleh korbannya. Banyak kasus pencurian password yang dilakukan hacker dengan mengkombinasikan kedua metode ini. Salah satu kasus yang terjadi adalah pencurian password yang dilakukan oleh Christoper Chaney di Florida Amerika Serikat pada Oktober 2011 lalu.

Christoper Chaney dicduk FBI karena melakukan tindak pembajakan (hacking) tehadap 50 akun email termasuk beberapa selebriti terkenal seperti Christina Agiulera, Scarlett Johansson, Mila Kunis dan Simone Harouche. Pelaku juga menyebarluaskan foto-foto tak senonoh pribadi, mengakses informasi keuangan, skrip film dan percakapan pribadi selebriti tersebut ke dalam web.

Chaney mendapat password dan akun email korbannya melalui situs jejaring sosial dengan mengumpulkan informasi yang terkandung didalam akun korbannya. Informasi itu yang dijaadikan acuan penerkaan password korban. Para ahli menyebutkan korban menggunakan informasi yang dekat dengan mereka, seperti nama hewan peliharaan, agar mudah diingat.

Dalam siaran berita, Chaney melakukan motif penyamaran dengan melakukan pendekatan dengan korban melalui jejaring sosial. Ada beberapa nama yang digunakan dalam melakukan aksinya, seperti anonygrrl, trainreqsuckswhat, and jaxjaguars911. Chaney juga mencari korban lain melalui daftar teman yang dimiliki korban awalnya dan melancarkan aksi penyamarannya kembali.

Oleh karena itu, kewaspadaan sangat dibutuhkan bagi setiap pengguna yang aktif dalam media online di internet. Setidaknya mereka harus peduli dengan kata kunci password yang digunakan untuk melindungi informasi pribadi di dalamnya. Pengguna harus kreatif dalam menggunakan kata kunci password yang tidak mudah diterka orang lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan, seperti penggunaan kombinasi huruf (Kapital dan kecil), angka dan simbol.

Referensi :

http://www.streetarticles.com/crime/christopher-chaney-arrested-for-identity-theft-in-celebrity-email-hacker-case

http://news.cnet.com/8301-27080_3-20119473-245/fbi-arrests-alleged-celebrity-e-mail-hacker/

– Wang, Jie. “Computer Network Security”, Massachusetts, Springer, Juni 2008.

Kehandalan Kinerja Kombinasi Teknologi MPLS-DiffServ dalam Komunikasi Data Multimedia

Leave a comment

Saat ini, internet tak lagi hanya dapat melayani komunikasi data teks atau gambar saja, melainkan dapat melayani komunikasi multimedia seperti video streaming. Banyak aplikasi di internet yang menawarkan layanan multi media, seperti TV internet, Teleconference, Telepresence, Video On Demand  dan layanan video streaming lain, baik itu yang besifat real-time maupun non real-time. Nyatanya, komunikasi ini sangat rakus akan sumber daya pada internet, terutama bandwidth, dan membutuhkan Quality of Service yang baik dan konsisten dibandingkan dengan komunikasi data teks dan gambar. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi jaringan yang dapat mengatur ketersediaan sumber daya internet agar pertukaran informasi multimedia dapat berlangsung secara lancar dan berkelanjutan.

Secara umum, komunikasi data yang terjadi di internet saat ini masih menggunakan konsep TCP/IP. Namun, teknologi TCP/IP saat ini masih memiliki kelemahan dalam pelayanan untuk komunikasi data multimedia, seperti : belum mendukung layanan QoS, keputusaan perutean masih hanya berbasis alamat IP (belum ada system klasifikasi data), belum dapat melakukan traffic engineering, delay yang dihasilkan masih cukup besar akibat analisa header yang terjadi di setiap node jaringan dan kemungkinan terjadinya packet loss dan congestion pada lalu lintas data masih cukup besar. Kondisi internet seperti ini, tentunya sangat menggaggu komunikasi data multimedia, terutama yang bersifat real-time.

Namun, adanya teknologi MPLS dan Differentiated Service (DiffServ) dapat menutupi kekurangan yang ada pada TCP/IP saat ini. MPLS dan DiffServ merupakan teknologi jaringan yang dirancang untuk mendukung  QoS, sehingga komunikasi multimedia, baik real-time maupun non-realtime dapat berlangsung dengan baik.

Berdasarkan beberapa penelitian dan testbed yang dilakukan, teknologi MPLS lebih baik dalam mengurangi nilai parameter QoS, seperti delay, jitter dan packet loss. Pada teknologi MPLS, enkapsulasi paket data pada node-node pada jaringan hanya terjadi hingga layer 2 saja, sedangkan teknologi TCP/IP harus melakukannya hingga ke layer 3, sehingga delay dan jitter dapat direduksi nilainya. Selain itu, MPLS juga dapat melakukan traffic engineering dengan menyediakan explicit-route untuk melakukan reservasi jalur paket yang memungkinkan terjadinya load balancing dengan membagi traffic ke beberapa rute yang dibentuk melalui virtual-circuit dan menggunakan Label Forwarding Information Base ­­­­­(LFIB) untuk proses penentuan switching sehingga mencegah terjadinya kondisi overload pada jaringan melalui LSP dan LSR yang dilalui dalam backbone yang tidak dimiliki oleh metode routing TCP/IP standar. Traffic Engineering tersebut dapat dilakukan pada jaringan MPLS dengan adanya Reservation Protocol with Traffic Engineering (RSVP-TE) dan Constraint Based Routing Label Distribution Protocol (CR-LDP). Hal ini dapat memperkecil tingkat resiko terjadinya collision, congetion dan packet drop.

Dalam metode pembawaan paket data dari satu node ke node lain, MPLS memiliki 2 metode yang dapat digunakan, yaitu : EXP Inferred Label Switching Path (E-LSP) dan Label Inferred Label Switching Path (L-LSP). Adapun perbedaan yang dimiliki kedua metode ini, yaitu E-LSP dapat membawa beberapa kelas traffic berbeda secara simultan, sedangkan L-LSP hanya membawa satu kelas traffic saja.

Sementara itu, DiffServ dapat bekerja bersama MPLS dalam jaringan IP sebagai layanan yang mampu memberikan klasifikasi dan manajemen trafficdan sebagai penjamin kualitas layanan data dalam jaringan IP.

Pada teknologi MPLS, klasifikasi traffic tidak didefinisikan secara khusus dalam mekanisme QoS. Oleh karena itu, teknologi MPLS dikombinasikan dengan layanan DiffServ dalam mekanisme pengklasifikasian dan pengkondisian paket data.

DiffServ melakukan klasifikasi traffic paket data menjadi kelas-kelas kecil dan mengalokasikan sumber daya untuk setiap basis kelas. Untuk kebutuhan pensinyalan, DiffServ akan menambahkan 6-bit pada header sebagai parameter penentu kelas traffic data yang disebut dengan DiffServ Code Point (DSCP) field. DSCP akan menentukan perlakuan QoS terhadap setiap paket yang ditransmisikan di setiap node dalam jaringan. Perlakuan tersebut disebut dengan Per Hop Behavior (PHB). PHB bertanggung jawab untuk menentukan penjadwalan pentransmisian paket, menerjemahkan label menjadi antrian sebelum diteruskan, mengubah nilai drop probability/drop preference, mengalokasikan sumber daya jaringan yang dibutuhkan dan level frekuensi kerja sebagaimana paket dilayani.

Metode penerusan paket ini sangat berbeda dengan teknologi TCP/IP standar yang hanya melakukan pengubahan alamat IP node yang dituju selanjutnya dan pengubahan beberapa nilai parameter lain, seperti hop count dan TTL.

Dengan metode perlakuan paket QoS DiffServ, memungkinkan untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna terhadap sumber daya jaringan, menjamin keselamatan paket ditransmisikan dengan baik dan  meningkatkan Quality of Service.

Komponen Perangkat Lunak pada Jaringan Komputer Thin Client

Leave a comment

Untuk membangun jaringan Thin Client, kita juga membutuhkan perangkat lunak untuk ditanam pada system server. Nantinya, perangkat lunak ini akan menjadi sumber daya yang dimiliki jaringan Thin Client yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya untuk mengerjakan berbagai pekerjaan komputasi setiap hari. Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan tantang komponen perangkat lunak apa saja yang dibutuhkan untuk membangun suatu jaringan Thin Client secara utuh.

Jaringan Thin Client membutuhkan beberapa perangkat lunak, diantaranya :

  • Preboot Executable Environment (PXE), yang terdiri dari Terminal Server dan Terminal Client
  • Virtual Manager
  • Operating System
  • Aplikasi / Program

A.    Terminal Server dan Terminal Client

Untuk kelancaran komunikasi, dibutuhkan perangkat lunak yang menjembatani antara computer client dengan computer server. Pada jaringan thin client, sumber daya untuk client akan ditanamkan suatu terminal yang berfungsi untuk melayani pengiriman dan permintaan data/informasi ke/dari server. Perangkat lunak ini biasa disebut Client Terminal. Secara keseluruhan system ini disebut dengan Preboot Execution Environment (PXE).

Proses pengiriman dan permintaan data/informasi ini akan ditanggapi oleh perangkat lunak server sebelum diproses oleh sumber daya server. Perangkat lunak ini disebut dengan Terminal Server atau Server Metaframe.

Dalam implementasinya, kedua perangkat lunak ini ditanam pada satu mesin yang sama yaitu CPU server karena pengguna tidak memiliki system pemroses sendiri. Namun, perangkat lunak ini bekerja pada sumber daya masing-masing yang dimiliki server maupun client. Artinya, sumber daya yang dimiliki client merupakan pembagian secara virtual dari sumber daya keseluruhan yang dimiliki computer server, sehingga terminal client ditanam pada sumber daya yang telah divirtualisasikan untuk client, sedangkan terminal server ditanam pada sumber daya yang dialokasikan untuk server.

Ada beberapa PXE yang biasa digunakan, seperti : Linux Terminal Server Project (Project), Citrix Metaframe, VNC dan DRBL.

B.     Virtual Manager

Virtual Manager merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk memberikan alokasi sumber daya secara virtual untuk client pada jaringan Thin Client. Nantinya, perangkat lunak ini bertindak seolah-olah si client memiliki sumber daya computer sendiri. Selain itu, virtual manager ini berfungsi sebagai landasan kerja dari Operating Sistem dan aplikasi lain untuk mengakses sumber daya perangkat keras yang dimiliki. Untuk mendukung system virtualisasi, kebanyakan orang menggunakan VMware karena ini adalah produk freeware dan memiliki performa dan kemudahan dalam penggunaannya.

C.     Operating System

Operating System atau Sistem Operasi merupakan perangkat lunak menjadi landasan kerja atau platform dari aplikasi yang akan dijalankan/digunakan oleh pengguna. Operating System ini sekaligus menjadi penjembatan antara pengguna dengan perangkat keras yang digunakan saat menjalankan aplikasi.

Di dalam jaringan Thin Client, Operating System menjadi media basis bagi perangkat lunak seperti PXE, Virtual Manager dan Aplikasi atau program pengguna. Ada beberapa jenis Operating System yang terdapat di pasaran, tetapi untuk diimplementasikan dalam system Thin Client biasa digunakan Operating Sistem Windows atau Linux. Sebab, perangkat lunak pendukung yang tersedia umumnya dapat berjalan pada dua Operating Sistem ini.

D.    Aplikasi / Program

Seperti halnya perangkat lunak lain, aplikasi/program memiliki peranan penting di dalam berbagai system computer, tak terkecuali pada system jaringan thin client. Sebab, aplikasi yang memberikan interface, fungsi, hasil olahan data, tampilan dan ruang kerja bagi penggunanya. Melalui aplikasi, pengguna dapat melakukan aktivitas kerja pada system computer dengan mudah. Aplikasi biasanya berjalan pada Operatng Sistem pada system computer.

Ada beberapa kategori aplikasi yang biasa digunakan, seperti : aplikasi kerja/office, hiburan, manajemen dan optimisasi system, keamanan dan pemrograman. Masing-masing aplikasi memiliki fungsinya masing-masing, berikut penjelasan tentang fungsi dari masing-masing aplikasi.

1.      Aplikasi Kerja/Office merupakan perngakat lunak yang berfungsi membantu pekerjaan umum, seperti mengetik dan membaca teks, membuat presentasi, melakukan operasi perhitungan, menggambar obyek dan melakukan aktivitas dokumentasi. Aplikasi yang biasa digunakan untuk fungsi ini, yaitu : Microsoft Office, Open Office, Adobe Photoshop, Picasa, Adobe Reader dan aplikasi sejenis lainnya.

2.      Aplikasi Hiburan biasanya berfungsi untuk menjalankan file-file yang mengandung unsur audio, video dan multimedia. Ada beberapa aplikasi Hiburan seperti : aplikasi permainan/gaming, Media Player Classic, Winamp, Real Player, GOM player, dan aplikasi sejenisnya.

3.      Aplikasi Manajemen dan Optimisasi system merupakan aplikasi yang berfungsi untuk melakukan manajemen file atau data, perawatan sumber daya computer dan melakukan pengukuran dan pengoptimalan kerja dari system computer. Aplikasi Manajemen dan Optimisasi system yang biasa digunakan seperti : Defraggler, Process Explore, CCleaner, CPU-Z, 3DMark Vantage, Folder Size, dan aplikasi sejenis lainnya.

4.      Aplikasi Keamanan merupakan aplikasi yang berfungsi untuk mendeteksi, mencegah dan melindungi system computer dari aktivitas atau pun pertukaran data yang dapat mengancam system yang ada. Banyak ancaman yang mungkin tersisip saat pertukaran data berlangsung dalam jaringan local maupun global. Bentuk ancaman pun beragam, ada yang berupa virus, tojan atau worm dan ada pula yang berbentuk intrusi dari pengguna lain yang mencoba menerobos system computer dengan tujuan tertentu. Aplikasi keamanan biasanya berbentuk antivirus, firewall, spyware dan anti malware lainnya. Adapun produk yang sangat familiar digunakan untuk mendukung aktivitas menggunakan system computer, seperti : Avira Antivirus, AVG, Avast, Kaspersky, Mc Afee, Norton dan program anti malware lainnya.

5.      Aplikasi Pemrograman merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas rekayasa perangkat lunak, terutama dalam pengkodean dan kompilasi. Umumnya, aplikasi ini dilengkapi denan simulator yang dapat menampilkan hasil dari pengkodean yang telah dilakukan. Aplikasi sejenis ini yang biasa digunakan yaitu : Netbeans, Eclipse, Dev C++, BlueJ, Adobe Dreamweaver, Visual Studio dan aplikasi pemrograman lainnya.

Komponen Perangkat Keras pada Jaringan Komputer Thin Client

Leave a comment

Jaringan Thin Client merupakan sistem computer yang terdistribusi dalam suatu jaringan dimana semua data dan aplikasi tertanam pada suatu komputer server terpadu. Oleh karena itu, semua kegiatan pemrosesan dan pengolahan data dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki komputer server. Sementara itu, pengguna hanya dihadapkan pada perangkat input-output (seperti : monitor, mouse dan keyboard) untuk mengoperasikan fungsi computer sebagaimana umumnya.

Pada jaringan computer, thin client merupakan konsep atau metode biasa digunakan untuk alasan efisiensi, baik itu dari hal biaya operasional maupun konsumsi energi. oleh karena itu, thin client biasa di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur computer di beberapa tempat, seperti : perumahan, sarana pendidikan, perkantoran dan warung internet.

Secara teknis, konsep jaringan thin client ini dapat dibangun dengan membutuhkan beberapa komponen perangkat keras, diantaranya :

  • Central Processing Unit (CPU) Server
  • Perangkat I/O dan Client I/O module
  • Intermediary Device
  • Media Transmisi

Berikut merupakan penjelasan singkat tentang komponen penyusun jaringan Thin Client.

 1. Central Processing Unit (CPU) Server

CPU pada server jaringan thin client merupakan komponen yang sangat penting karena semua pemrosesan dan transaksi data dalam jaringan terjadi disini. Sebagaimana layaknya CPU pada computer desktop, CPU server pada thin client terdiri dari komponen-komponen penyusun seperti Motherboard, RAM, Processor, Hard Disk Drive, Graphic and Audio Card, LAN Card, Power Supply dan komponen tambahan lainnya.

Central Processing Unit

Dalam implementasinya, perangkat lunak yang dibutuhkan ditanam dan dijalankan pada CPU ini. Kemudian hasil dari pemroses akan ditampilkan ke perangkat I/O dari client melalui infrastruktur jaringan yang ada.

2. Perangkat I/O dan Client I/O module

Dalam berinteraksi dengan computer, pengguna membutuhkan perangkat Input-Output (I/O) dalam aktivitasnya menggunakan sumber daya pada computer. Pada jaringan Thin Client, perangkat I/O yang digunakan pengguna seperti : keyboard, monitor, mouse dan divais tambahan lainnya. Seperti umumnya perangkat I/O pada computer, mouse dan keyboard digunakan sebagai media pemberi masukan/input pada aplikasi yang dijalankan sedangkan monitor dan perangkat I/O tambahan sebagai media pemberi tampilan keluaran/output hasil dari pemrosesan yang dilakukan CPU.

Perangkat Input-Output dan Input-Output Module

Pada jaringan Thin Client, terdapat pula perangkat yang sangat penting untuk memberikan interface pada perangkat I/O yang digunakan pengguna yaitu Client I/O module. Modul ini menyediakan port-port yang dibutuhkan perangkat I/O untuk terhubung ke system server pada jaringan computer.

3. Intermediary Device

Intermediary Device atau Perangkat Perantara Jaringan merupakan perangkat yang berfungsi memberikan hubungan atau koneksi setiap computer pengguna. Selain itu, perangkat ini juga berfungsi sebagai pemberi penjaluran dan pengatur lalu lintas data di dalam jaringan computer. Ada beberapa jenis perangkat intermediary device, seperti : switch, router, WLAN access point, dsb.

Contoh Intermediary Device atau Perangkat Perantara Jaringan

Pada jaringan Thin Client, intermediary device berfungsi sebagai pemberi koneksi antara perangkat I/O yang digunakan pengguna dengan CPU server melalui interface yang diberikan oleh I/O modul. Intermediary device yang umumnya digunakan pada jaringan Thin Client berupa switch atau hub. Nantinya intermediary device ini akan mengarahkan sinyal informasi masukan dari perangkat pengguna menuju CPU server dan mengarahkan sinyal output hasil pemrosesan ke perangkat masing-masing pengguna.

4. Media Transmisi

Saat ini, jaringan Thin Client banyak diterapkan dengan menggunakan media transmisi kabel. Adapun jenis kabel yang digunakan umumnya jenis Unshield Twisted Pair (UTP) atau dikenal pula dengan sebutan kabel Ethernet. Ada beberapa jenis kabel UTP yang ada dipasaran, tetapi untuk komunikasi pada jaringan local seperti jaringan Thin Client, kabel yang digunakan adalah UTP category 5 atau category 6. hal ini disebabkan karena kabel jenis inilah yang memiliki kompatibilitas dengan interface perangkat intermediary device, server dan juga perangkat pengguna. Kabel jenis ini umumnya memiliki kecepatan transfer data 10 Mbps hingga 100 Mbps.

Kabel Unshielded Twisted Pair (UTP)

Referensi :

http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/sept05/03%20-%20STMIK%20AMIKOM%20Yogyakarta%20Makalah%20EMA%20_solusi%20terbaik_.pdf

http://irwinday.web.id/2008/03/18/thin-client-vs-fat-client/

http://www.reciclemos.net/docs/pdf%20ingles/thinclientpaper-en6.pdf

http://privateschool.about.com/cs/technology/a/thinclients.htm

http://www.citrix.com/ready/partners/univention/products/ucs-thin-client-services

– CCNA Exploration 4.0 Network Fundamental Study Material

Mengenal Teknologi Thin Client Network

Leave a comment

Di era perkembangan teknologi saat ini, perangkat berbasis IT telah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Varian perangkatnya pun kian beragam tersebar dipasaran. Mulai dari yang menawarkan portabilitas dan bersifat mobile seperti : smartphone, table, netbook, laptop (computer jinjing), hingga yang berkinerja tinggi dan bersifat statis seperti Personal Computer.

Khusus untuk Personal Computer, perangkat ini biasa digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti : membuat laporan, rekayasa animasi dan program, melakukan simulasi dan pemodelan, berselancar di internet, menonton video, bermain game, dsb. Perangkat ini banyak kita jumpai di berbagai tempat mulai dari perkantoran hingga di rumah sendiri.

Namun, semakin berkembangnya penggunaan perangkat IT, khususnya Personal Computer, menuntut semakin meningkatnya pasokan energy listrik yang dibuthkan untuk mengakomodasinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknologi yang dapat membuat penggunaan sumber daya Personal Computer seefisien mungkin untuk mengurangi beban energy yang dibutuhkan.

Pada artikel ini, penulis mencoba memperkenalkan suatu teknologi yang dapat digunakan untuk penggunaan sumber daya personal computer secara efisien khususnya untuk jaringan Local Area Network (LAN), yaitu Thin Client Network.

ilustrasi organisasi jaringan Thin Client

• Apa itu Thin Client Network ?
Thin Client Network merupakan suatu metode organisasi sumber daya personal computer dalam suatu jaringan dengan memanfaatkan system pemroses yang terintegrasi secara terpadu pada suatu server. Jadi, personal computer yang dimiliki pengguna / client cukup membutuhkan modul interface dan perangkat I/O (monitor, keyboard, mouse, dan perangkat peripheral lain) yang terkoneksi ke server.

• Bagaimana Cara Kerja Thin Client Network ?

Ilustrasi Komunikasi Klien-Server Pada Jaringan Thin Client

Thin Client bekerja dengan cara yang berbeda dengan personal computer umumnya. Pada thin client, setiap pengguna langsung menggunakan divais Input-Output Personalnya, sedangkan pemrosesan dan eksekusi terhadap program yang hendak dijalankan dilakukan oleh sumber daya pada server.

Pertama, personal computer si pengguna akan membangun koneksi dengan PC Server. Secara teknis, Aktivitas ini dilakukan oleh modul I/O interface pada computer pengguna, dimana pada modulnya telah ada program kecil yang berguna untuk booting koneksi, mengirimkan permintaan ke PC Server. Lalu, permintaan diterima computer server melalui program penerima hubungan untuk dihubungka ke system virtualisasi yang telah dialokasikan untuk pengguna. Kemudian, pengguna dapat menggunakan aplikasi yang tersedia pada desktop virtual pengguna. Instruksi dan data yang diproses selama program dijalankan, semuanya dilakukan oleh system pemroses pada Server.

• Apa Manfaat Thin Client Network ?
Thin Client Network memiliki beberapa manfaat dalam penggunaannya, seperti :
1. Dapat melakukan penghematan sumber daya personal computer yang butuhkan dalam suatu jaringan.
2. Dengan penghematan sumber daya, maka konsusumsi energy yang dibutuhkan jaringan computer juga bias direduksi.
3. Administrator dapat dengan leluasa melakukan update, manajemen dan maintain terhadap system yang dimiliki Client.
4. Upgrading hardware dapat dilakukan lebih mudah dengan hanya melakukan upgrade pada computer server saja.
5. Masalah teknis tiap client lebih mudah ditangani karena semua sumber daya telah terintegrasi secara terpadu pada computer server. Jadi, troubleshooting dapat dilakukan secara langsung di computer server.
6. Masalah serangan malware dapat diminimalisasi penyebarannya karena dapat dikontrol oleh administrator melalui computer server.
7. Produksi panas dari system computer secara keseluruhan dapat diminimalisasi.

• Dimana Thin Client Network Dapat Digunakan ?
Saat ini, thin client sudah dapat digunakan dibeberapa tempat seperti : perpustakaan, laboratorium, sebagian kecil perkantoran dan sekolah. Selain itu, saat ini teknologi thin client sedang dikembangkan untuk dapat menjalankan aplikasi game yang membutuhkan kinerja PC yang relative tinggi[1]. Apabila hal ini berhasil dilakukan maka, kita dapat juga menjumapi teknologi ini di warung internet atau game center.

[1] Baca artikel/jurnal IEEE yang berjudul “Understanding The Performance of Thin-Client for Gaming” karya Yu- Chun Chang, Po-Hang Tseng, Kuan-Ta Chen dan Chin-Laung Lei dari Departement of Electrical Engineering, National Taiwan University dan Institute of Information Science, Academia Sinica.

Referensi :
http://www.ncte.ie/documents/advicesheets/19ThinClient(June07).pdf
– net.educause.edu/ir/library/pdf/DEC0005.pdf
– Yu- Chun Chang, Po-Hang Tseng, Kuan-Ta Chen dan Chin-Laung Lei, “Understanding The Performance of Thin-Client for Gaming”, Departement of Electrical Engineering, National Taiwan University and Institute of Information Science, Academia Sinica ,IEEE Journal 2011.